struktur dan kaidah teks anekdot



Nama: Adora Rahma A.
Kelas: X MIPA 2
No: 01
Wasiat Nenek

Suatu pagi di terminal Muntilan, seorang nenek renta menitipkan cucunya yang masih berusia 10 tahun kepada kernet  bus menuju Semarang. Nenek itu berpesan “Mas, nanti kalo sampe di Secang, tolong anak ini diberi tahu, ya? “Nggih, Mbah, jawab sang kernet. “ Suasana di dalam bus biasa-biasa saja. Para penumpang sibuk dengan urusannya masing-masing.
Bus berangkat menuju ke Semarang. Dalam perjalanan yang belum lama si kecil terus bertanya pada sang kernet “Pak, sudah sampe Secang belum?  Karena mungkin kesal terus ditanya, sang kernet pun menjawab “Belum Le, tenang saja. Nanti saya beri tahu. Kamu tidur saja, pokoknya beres.” Si kecil pun tertidur.
Bus terus berjalan. “Payaman, Payaman, Secang, Secaang siap-siap turun. Bus pun masuk terminal Secang, beberapa penumpang turun melanjutkan perjalanan ke daerah masing-masing. Selanjutnya bus meninggalkan Secang ke arah Semarang. Kira-kira 1 km lepas dari Secang, si kecil terbangun. “Pak, sudah sampe Secang?  Sang kernet kaget, ia lupa pesan nenek tadi untuk memberi tahu si kecil jika sudah sampai Secang.
Sang kernet pun minta persetujuan penumpang yang lain tentang si kecil. Karena merasa kasihan, para penumpang pun menyetujui bus balik ke Secang. Akhirnya, bus balik ke Secang. Sampai di Secang sang kernet memberi tahu kepada si kecil. 
“Le, nih sudah sampe di Secang. Sesuai dengan pesan nenekmu tadi to? Namun, si kecil tetap santai. Sang kernet dan para penumpang lain mulai tak sabar menunggu si kecil untuk segera turun dari bus. “Ayo Le,ini Secaaang! Kamu harus turun” sesuai amanah nenekmu.
“Terima kasih, Pak. Saya juga sudah melaksanakan pesan nenekku. Bungkusan ini sudah saya buka untuk sarapan. Ayo, Bapak ikut makan.” 
” Begituuuu? Wedhuuuus!, geram sang kernet sambil meninju-ninju kepalanya sendiri.
Sambil menahan marah para penumpang lain pun hanya bisa tertawa dalam hati. Bus pun bergegas kembali menuju Semarang. 

Pertanyaan bacaan
1.    Struktur teks anekdot

Struktur
Deskripsi
Abstrak
Suatu pagi di terminal Muntilan, seorang nenek renta menitipkan cucunya yang masih berusia 10 tahun kepada kernet  bus menuju Semarang. Nenek itu berpesan “Mas, nanti kalo sampe di Secang, tolong anak ini diberi tahu, ya? “Nggih, Mbah, jawab sang kernet. “ Suasana di dalam bus biasa-biasa saja. Para penumpang sibuk dengan urusannya masing-masing.

Orientasi
Bus berangkat menuju ke Semarang. Dalam perjalanan yang belum lama si kecil terus bertanya pada sang kernet “Pak, sudah sampe Secang belum?  Karena mungkin kesal terus ditanya, sang kernet pun menjawab “Belum Le, tenang saja. Nanti saya beri tahu. Kamu tidur saja, pokoknya beres.” Si kecil pun tertidur.

Krisis
Bus terus berjalan. “Payaman, Payaman, Secang, Secaang siap-siap turun. Bus pun masuk terminal Secang, beberapa penumpang turun melanjutkan perjalanan ke daerah masing-masing. Selanjutnya bus meninggalkan Secang ke arah Semarang. Kira-kira 1 km lepas dari Secang, si kecil terbangun. “Pak, sudah sampe Secang?  Sang kernet kaget, ia lupa pesan nenek tadi untuk memberi tahu si kecil jika sudah sampai Secang.
Sang kernet pun minta persetujuan penumpang yang lain tentang si kecil. Karena merasa kasihan, para penumpang pun menyetujui bus balik ke Secang. Akhirnya, bus balik ke Secang. Sampai di Secang sang kernet memberi tahu kepada si kecil
Reaksi
“Le, nih sudah sampe di Secang. Sesuai dengan pesan nenekmu tadi to? Namun, si kecil tetap santai. Sang kernet dan para penumpang lain mulai tak sabar menunggu si kecil untuk segera turun dari bus. “Ayo Le,ini Secaaang! Kamu harus turun” sesuai amanah nenekmu.
“Terima kasih, Pak. Saya juga sudah melaksanakan pesan nenekku. Bungkusan ini sudah saya buka untuk sarapan. Ayo, Bapak ikut makan.” 
” Begituuuu? Wedhuuuus!, geram sang kernet sambil meninju-ninju kepalanya sendiri
Koda
Sambil menahan marah para penumpang lain pun hanya bisa tertawa dalam hati. Bus pun bergegas kembali menuju Semarang
2.    Isi bacaan “Wasiat Nenek”
Masalah yang dibahas
Nenek menitipkan cucnya kepada kernet bus dan berpesan kepada cucunya diberi tahu kalau sudah sampai Secang, tetapi kernet bus lupa memberi tahu si kecil kalau sudah sampai Secang.
Unsur humor
Ayo Le,ini Secaaang! Kamu harus turun” sesuai amanah nenekmu.
“Terima kasih, Pak. Saya juga sudah melaksanakan pesan nenekku. Bungkusan ini sudah saya buka untuk sarapan. Ayo, Bapak ikut makan.” 
” Begituuuu? Wedhuuuus!, geram sang kernet sambil meninju-ninju kepalanya sendiri.

Makna tersirat
Kernet bus lupa amanah dari nenek.
Amanat teks
Kalau mendapatkan amanah, jangan sampai dilupakan amanat tersebut

3.    Isi bacaan “Cara Keledai Membaca Buku”
Masalah yang dibahas
Masalah yang dibahas adalah cara seorang keledai dalam membaca buku
Masalah yang dibahas dalam teks anekdot terdapat dalam judul teks.
Unsur humor
Unsur humor terdapat pada paragraf keempat teks, yaitu ketika keledai dapat membaca buku hingga selesai dan kemudian si keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi bukunya.
Makna tersirat
Makna tersirat yang disampaikan adalah apabila kita membaca sebuah buku, harus mengerti isinya. Apabila hanya membaca saja tanpa mengerti isinya, berarti kita sama bodohnya dengan keledai.
Amanat teks


4.    Tentukan ciri kebahasaan teks anekdot dengan memberikan bukti, masing-masing ciri lima bukti!
a.      Menggunakan waktu lampau. Buktinya dengan kalimat Suatu pagi di terminal…, belum lama si kecil terus bertanya…, nanti kalau sampai…, Dua minggu kemudian ia kembali ke istana…, alkisah
b.     
c.      
d.     

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KASIH SAYANG PADA ORANG TUA

BALASAN SURAT PENAWARAN